Kamis, 19 Maret 2009

" Dago n' Coffee"

" Selamat Datang"

Kita tidaklah lengkap memperbincangkan atau sekedar menceritakan kehidupan masyarakat Gayo di Bener Meriah dan Aceh Tengah, tanpa menyinggung tetang ”kopi” dan perbukitan indah di wilayah ini. Kopi telah menjadi salah satu kekuatan hidup orang Gayo, dan telah menggeliatkan kota Takengon sebagai salah satu kota tua sejak jaman Belanda. Salah satu perjalanan atau ekspedisi tertua oleh orang Belanda ke tanah Gayo, menurut laporan Snouck Hurgronje[1] (1996: XVIII) dilakukan tahun 1901. Sejak itu kedatangan orang Belanda tahun 1904 lebih cenderung untuk urusan bisnis perkebunan karena potensi dan kesuburan wilayah ini yang luar biasa. Perkebunan yang dikembangkan yakni kopi arabika, tembakau dan damar. Dalam masa kolonial Belanda tersebut di kota Takengon didirikan sebuah perusahaan pengolahan kopi dan damar. Sejak saat itu pula kota Takengon mulai berkembang menjadi kota pusat pemasaran hasil bumi dataran tinggi Gayo, khususnya sayuran dan kopi.

Memasuki wilayah Kecamatan Ronga-Ronga (Km. … dari Biereun) mulai terlihat tebaran kebun-kebun kopi[2] di tepi-tepi jalan, di pekarangan penduduk, sampai di kebun-kebun di kaki bukit. Panasnya iklim pesisir sedikit demi sedikit tergantikan kesejukan pegunungan. Setelah melewati Ronga-Ronga kita akan terus menanjak berliku-liku di kanan kiri berselang seling antara kebun kopi, hutan pinus, hutan primer, kebun buah-buahan, dll serta melalui beberapa tempat seperti Lampahan, Simpang Balek, Simpang Raya, Simpang Tritit, dan kemudian sampai di sebuah wilayah yang disebut Singgah Mata. Dari salah satu kedai kopi di Singgah Mata ini kita dapat melihat landscape semacam ngarai yang luas dimana seluruh kota Takengon yang tepat di tepi danau Lot Tawar bisa terlihat. Di ujung danau masih terlihat jajaran perbukitan sebagai bagian dari keindahan topografi tanah Gayo. Dengan ditemani secangkir kopi Gayo yang hitam hangat, kita dapat melihat hamparan kebun-kebun kopi yang mulai berproduksi dengan baik setelah sempat ditelantarkan para pemiliknya akibat konflik berkepanjangan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar